Regulasi Operon lac
Laktosa
adalah gula disakarida yang
tersusun atas dua molekul gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa. Dalam
proses metabolisme, Laktosa yang dibawa oleh enzim permease galaktosidase dapat
diuraikan menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim β-galaktosidase. Secara skematis metabolisme laktosa dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Metabolisme laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa
Bakteri E-coli
mempunyai kemampuan mensintesis enzim β-galaktosidase sehingga bila laktosa dimanfaatkan sebagai sumber karbon,
maka bakteri tersebut dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Namun bila tersedia laktosa dan glukosa, maka bakteri akan lebih memilih
glukosa sebagai sumber karbon karena lebih mudah untuk dimanfaatkan dalam
proses metabolisme. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bakteri dapat
mengatur gen penyandi β-galaktosidase
sesuai dengan pilihan sumber karbonnya yaitu laktosa dan glukosa.
Pengaturan ekspresi gen ini disebut juga sistem regulasi
ekspresi gen, dan sistem ini ditemukan pertama kali oleh Jacob dan Monod.
Sistem regulasi yang mereka temukan
lebih sering dikenal dengan regulasi operon laktosa (regulasi operon lac). Sistem regulasi ini merupakan
sistem regulasi pada tahap inisiasi transkripsi atau regulasi pada tingkat
promotor. Dalam penjelasannya Jacob Monod memperkenalkan istilah operon. Pada
operon laktosa terdapat tiga macam gen yaitu lac-Z, lac-Y dan lac-A. Ketiga gen ini masing-masing
menyandikan β-galaktosidase,
permease dan trans-asetilase. Regulasi operon laktosa dilakukan oleh suatu
protein regulator yang akan berinteraksi dengan promoter. Protein regulator ini
akan menentukan inisiasi translasi. Protein regulator dihasilkan oleh gen
regulator. Dalam kasus operon laktosa terdapat dua gen regulator yaitu gen Lac-i dan gen crp. Gen Lac-i
berhubungan dengan kehadiran laktosa sedangkan gen crp berhubungan dengan kehadiran glukosa. Gen yang diatur tersebut
disebut dengan gen struktural.
Sistem regulasi operon
laktosa ada dua yaitu pengendali negatif dan pengendali positif. Pada
pengendali negatif terbagi lagi atas dua yaitu represi ekspresi gen (tanpa
laktosa) dan depresi ekspresi gen (ada laktosa).
Pengendalian Negatif Operon Lac
Proses regulasi negatif operon laktosa, ada yang
berlangsung dengan laktosa dan ada yang tanpa laktosa. Regulasi operon laktosa
yang dilakukan tanpa laktosa disebut dengan represi ekspresi gen, sedangkan
dengan laktosa disebut dengan depresi operon laktosa.
Berdasarkan gambar dapat dijelaskan bahwa
represi ekspresi gen dilakukan oleh protein represor yangdikode oleh gen LacI. Represor lacI merupakan suatu protein tetrametrik yang tersusun atas empat
polipeptida yang identik. Secara umum represor lac digambarkan sebagai berikut:
Represor ini menempel pada daerah operator (LacO) yang terletak di sebelah hilir
promoter. Penempelan ini menyebabkan RNA polimerase tidak dapat melakukan
transkripsi gen-gen struktural, yani : LacZ,
LacY dan LacA sehingga dapat dikatakan operon laktosa mengalami represi.
Proses represi ini akan terjadi secara terus-menerus selama tidak ada laktosa
di dalam sel. Dengan demikian sel akan cenderung menggunakan sumber karbon yang
sederhana terlebih dahulu , misalnya glukosa untuk memenuhi kebutuhan
selulernya. Setelah tidak ada lagi glukosa dalam sel, maka akan dicari sumber alternatif lainnya.
Jika E.coli ditumbuhkan dalam medium
glukosa dan laktosa, maka setelah glukosa benar-benar habis, maka laktosa akan
melakukan metabolisme dengan cara mengaktifkan terlebih dahulu sistem operon
laktosa.
Pada depresi ekspresi gen, prosesnya
diawali dengan pengaktifan operon laktosa. Proses pengaktifan operon laktosa
disebut dengan proses induksi. Induksi operon laktosa dapat terjadi jika ada
laktosa dalam sel. Laktosa yang ada di dalam medium pertumbuhan diangkut ke
dalam sel dengan menggunakan enzim permease galaktosida. Operon laktosa tidak
sepenuhnya ketat karena dalam sel selalu ada produk ekspresi operon meskipun pada
aras paling dasar (basal level). Demikian pula halnya dengan enzim β-galaktosidase di dalam sel selalu ada dalam jumlah
terbatas. Meskipun belum ada induksi sepenuhnya. Hal ini dapat
mengubah laktosa menjadi allolaktosa.
Allolaktosa merupakan suatu isomer yang
terbentuk dari laktosa, mendepresi operon dengan cara menginaktifkan represor. Allolaktosa inilah yang sesungguhnya
menjadi induser untuk mengaktifkan operon laktosa. Allolaktosa kemudian menempel pada represor untuk
kemudian represor tidak lagi menempel pada operator. Oleh karena itu daerah
operator berada dalam keadaan bebas sehingga dapat dilewati oleh RNA polimerase
untuk melakukan transkripsi gen LacZ,
LacY dan LacA.
Pengendalian Positif Operon Lac
Pengendalian gen diartikan positif hanya ketika suatu
molekul aktivator berinteraksi langsung dengan genom untuk mengubah transkripsi
ke keadaan on. Dalam sistem semacam ini operon lac diaktifkan kembali setelah sebelumnya ditekan (direpresi)
sampai aras paling dasar. Pengendalian positif ini memberikan keuntungan bagi
sel karena operon laktosa tetap dalam keadaan non-aktif selama masih tersedia
glukosa dalam jumlah banyak. Dalam kasus operon lac, penghilangan represor dari operator tidak cukup untuk
mengaktifkan operon tersebut sehingga dibutuhkan suatu sistem yang bekerja
secara positif (mempercepat) pengaktifan operon. Represi
katabolit merupakan kontrol positif pada operon lac.
Represi katabolit adalah kemampuan intermediet di dalam
rangkaian reaksi katabolik yang dikatalis oleh enzim untuk merepresi sisntesis
enzim katabolik. Efek ini pertama-tama terlihat pada E.coli yang sedang tumbuh pada media bersumber karbon bukan
glukosa. Penambahan glukosa merepresi sintesis enzim yang berhubungan dengan
katabolisme sumber karbon tersebut. Fenomena ini mula-mula dinamakan sebagai
efek glukosa. Istilah represi katabolit digunakan karena nutrien non glukosa
yang dapar dioksidasi juga menghasilkan efek serupa (Murray, 2004).
Represi katabolit pada operon lac dilakukan melalui protein regulator yang dikenal sebagai CAP (catabolite activator protein), dan suatu
molekul efektor yaitu cAMP (Cyclic Adenin
Monophosphate). Pada bakteri E.Coli
konsentrasi cAMP yang disintesis oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan
konsentrasi glukosa dalam sel. Hal ini berarti jika konsentrasi glukosa rendah,
maka konsentrasi cAMP meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu
saat konsentrasi glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dan
mengaktifkan operon lac.
Pengikatan CAP-cAMP
diduga dapat membantu pengikatan RNA polimerase pada promoter pada operon. Kompleks
CAP-cAMP dan RNA polimerase yang saling bersentuhan disebabkan karena keduanya
melekat pada sisi yang berdekatan di promoter. Kedekatan ikatan antara CAP-cAMP dengan RNA polimerase menyebabkan
ikatan RNA polimerase menjadi lebih kuat
Berdasarkan reaksi dapat dijelaskan bahwa pengikatan CAP-cAMP
pada promoter menyebabkan RNA polimerase dapat terikat pada promoter membentuk
kompleks promoter tertutup yang selanjutnya akan menjadi kompleks promoter
terbuka yang siap melakukan transkripsi. Pengikatan RNA polimerase tersebut
dapat difasilitasi oleh CAP-cAMP melalui interaksi protein-protein, pembengkokan
DNA atau keduanya.